7 Karakteristik Budaya Perusahaan Menurut Stephen P. Robbins

Seringkali perusahaan berfokus pada aspek finansial dan aspek operasional dalam menjalankan perubahan di perusahaan. Hal ini cukup masuk akal karena kedua aspek tersebut mudah sekali terlihat. Aspek finansial bisa dilihat dari peningkatan pendapatan atau penurunan biaya perusahaan. Sedangkan aspek operasional bisa dilihat dari peningkatan penggunaan aset perusahaan, dan lain-lain. Namun layaknya sebuah gunung es, kedua hal tersebut digerakkan oleh sesuatu hal yang tidak terlihat namun luar bisa pengaruhnya. Hal itu adalah aspek budaya.

Pentingnya Budaya Perusahaan

Budaya perusahaan merupakan identitas bagi suatu perusahaan. Kita bisa membedakan budaya yang satu dengan yang lain sejak masuk ke perusahaan tersebut. Dimulai dari perilaku satpam terhadap tamu, pelayanan awal dari front officer atau customer service, ketepatan waktu pelaksanaan pelayanan, sampai dengan alur kerja dari pelayanan tersebut yang merupakan cerminan budaya perusahaan yang dirasakan pelanggan.

Hal tersebut dapat dilihat pada kesuksesan Starbucks dalam mengelola SDM-nya. Menurut pendirinya, Howard Schultz, “The way we treat our people affects the way they treat our customers and, in turn, our financial performance.” Bagaimana Starbucks memperlakukan sumber daya manusianya mempengaruhi mereka memperlakukan pelanggan yang selanjutnya berdampak pada kinerja keuangan perusahaan.

Contoh lain, apa yang dialami James Despain. Sebelum menjadi seorang CEO, dia menjabat VP di divisi traktor. Di awal 1990- an, ia dihadapkan pada satu kenyataan bahwa divisi 1,2 miliar dolarnya mengalami kerugian jutaan dolar setiap tahunnya. Despain dan tim manajemennya memutuskan untuk membuat suatu program transformasi perubahan budaya. Kuncinya adalah menentukan strategi yang tepat dalam menangani sikap dan perilaku para karyawan dengan menentukan 9 nilai yang harus dilakukan karyawan setiap hari. Mereka dievaluasi berdasarkan perwujudan dari nilainilai ini. Yang paling utama, top eksekutif dan manajemen diharuskan memberi contoh (lead by example) dan berkomitmen untuk melaksanakan nilai-nilai ini.

Melalui proses ini, Despain menyadari hal terpenting bagi karyawannya di tempat kerja adalah merasa dihargai. Perubahan dasar yang dilakukan adalah membuat semua karyawan memiliki akuntabilitas terhadap pekerjaannya dan mendorong mereka untuk terus meningkatkan kualitas pekerjaannya. Hal menarik yang disampaikan Despain, “Semakin kami fokus pada perilaku, semakin bagus hasil yang kami capai”. Dan memang, divisi traktornya mencapai break even point dalam waktu 5 tahun setelah program transformasi dijalankan.

Pernyataan Schultz dan James Despain ini membuktikan kebenaran berbagai hasil riset para pakar bahwa budaya perusahaan yang kuat akan berujung pada keberhasilan perusahaan meraih tujuannya. John P. Kotter dan James L. Hesket dalam bukunya Corporate Culture and Performance (1992) menuliskan, perusahaan yang menekankan pentingnya budaya perusahaan mampu meningkatkan pendapatan rata-rata 682 persen, sedangkan perusahaan yang kurang mempedulikan pembangunan budaya perusahaan hanya mampu meningkatkan pendapatan rata-rata 166% dalam kurun waktu 11 tahun (hanya seperempatnya saja).

Hasil riset lainnya ditulis Terrence E. Deal dan Allan A. Kennedy dalam Corporate Culture (2000). Mereka menemukan organisasi yang memiliki budaya yang kuat (strong culture) memiliki kinerja yang lebih tinggi dibandingkan organisasi lain yang memiliki budaya yang lemah (weak cultures).

Karakteristik Budaya Perusahaan

Sebagai nilai-nilai dan keyakinan bersama yang mendasari indentitas perusahaan, budaya perusahaan memang harus disosialisasikan terus menerus dan diharapkan mempengaruhi perilaku pegawai dalam bekerja. Dengan kesinambungan sosialisasi tersebut, akan terbentuk sebuah sistem keyakinan kolektif yang dimiliki anggota organisasi terkait kemampuan mereka bersaing di pasar dan bagaimana mereka bertindak berdasarkan sistem keyakinan tersebut. Untuk memahami budaya perusahaan secara lebih baik, perlu dipastikan bahwa kita tidak terjebak kepada mitos mengenai budaya perusahaan. Karena, jika tidak memahami mitos tersebut, sulit rasanya bagi para pekerja memberikan nilai tambah terhadap produk dan jasa bagi pelanggan sebagai imbalan atas penghargaan finansial.

Setiap perusahaan tentunya memiliki budaya yang berbeda-beda, kendatipun ada yang mirip. Setiap budaya perusahaan memiliki karakteristik budaya yang beragam pula.

7 Karakteristik Budaya Perusahaan Menurut Stephen P. Robbins

  1. Inovasi dan pengambilan resiko Pekerja didorong untuk selalu inovatif dan berani mengambil resiko.
  2. Perhatian pada detail Pekerja diharapkan menunjukkan ketepatan, analisis dan perhatian pada aspek detail.
  3. Berorientasi kepada outcome manajemen menghargai hasil atau manfaat daripada sekedar proses dan output.
  4. Berorientasi kepada manusia Apapun keputusan manajemen, semuanya mempertimbangkan dampak dan manfaatnya bagi pekerja.
  5. Berorientasi kepada tim Pekerjaan diorganisasikan secara tim ketimbang individual.
  6. Agresifitas Setiap orang harus lebih agresif dalam melaksanakan pekerjaan dan mewujudkan tujuan organisasi.
  7. Stabilitas dimana aktivitas organisasi menekankan kepada status quo.
Karakteristik Budaya Perusahaan – Lentera Bisnis

Recommended For You

About the Author: Lentera Bisnis

Wiraswata bebas yang nggak mau terikat ikut berbagi informasi pengetahuan bisnis berdasarkan pengalaman dan dari sumber terpercaya.

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *