Kelola Ambisi, Jangan Bersikap Ambisius

Setiap manusia memang perlu memiliki sebuah ambisi, tetapi, jangan bersikap ambisius. Apalagi hanya untuk memburu jabatan dengan mengorbankan anak buah.

Pada sebuah perusahaan, seorang karyawan dan rekan-rekannya awalnya berpikir bahwa manajer di divisinya memiliki ambisi meningkatkan kinerja seluruh divisi agar supaya kontribusi terhadap perusahaan menjadi lebih baik. Ternyata, si manajer divisi sedang ambisius memburu jabatan yang lebih tinggi.

Kelola Ambisi Dengan Wajar

Manusia yang terpuji adalah orang yang mampu mengelola dan mengontrol ambisinya. Kehadirannya mendatangkan manfaat bagi orang banyak. Manusia yang mengemban tanggung jawab laksana kewajiban seorang ibu yang menyusui bayinya hingga waktu tertentu.

Untuk itu, kelola ambisi yang dimiliki dengan wajar yang sesuai standar kepatutan: fairness dan responsible, dengan kualitas kerja yang transparan dan akuntabel.

Tidak perlu menjungkir-balikkan fakta. Apalagi dengan menyulap ‘data dan fakta’ secara subyektif. Termasuk, tidak menciptakan situasi dissatisfactory faction yang buruk.

Jangan Bersikap Ambisius

Manusia yang tak terpuji adalah yang ambisius, yang tega mengorbankan orang lain untuk kepentingan dirinya. Mereka laiknya seorang ibu yang enggan menyusui anaknya, karena memanjakan sikap ambisiusnya untuk selalu nampak muda, cantik, dan elok rupawan.

Mereka yang ambisius, hidup di grey area profesionalisma. Di alam obsesi yang tak terukur, sehingga menjadi terobsesi, dan akhirnya ambisius. Padahal, tantangan yang mereka hadapi adalah tantangan realistis yang terukur.

Mereka yang ambisius, selalu mengabaikan kenyataan, bahwa seseorang tidak bisa meminta dirinya menjadi pemimpin. Akibatnya, mereka gemar memandang rendah orang lain. Gemar pula menjual prestasi orang lain (anak buah) sebagai prestasinya.

Lihatlah, bila ada di sekeliling kita yang mulai berperangai bagai katak: menginjak ke bawah, menyikut kiri dan kanan, lalu menjilat ke atas, dia boleh dicermati sebagai orang yang ambisius.

Apalagi, ketika fakta menunjukkan, anak buahnya sering merasa tertekan dan harus memenuhi cita-citanya memburu jabatan.

Janganlah memburu jabatan. Karena jika jabatan didapat karena ambisius, kelak Anda akan melaksanakan jabatan itu sendirian. Saat jabatan itu usai, Anda akan merana di tepian.

Lantas bagaimana jika dalam keseharian kita mendapatkan orang yang memburu jabatan seperti itu? Segeralah beri peringatan, bukan dengan demo atau membangkah perintah. Caranya? Bekerjalah secara proporsional dan fungsional, sesuai dengan job description. Lalu taatlah pada prosedur.

Semoga kita tidak menjadi bagian dari kaum yang ambisius memburu jabatan.

Kelola Ambisi Dengan Wajar – Motivasi Pimpinan

Recommended For You

About the Author: Lentera Bisnis

Wiraswata bebas yang nggak mau terikat ikut berbagi informasi pengetahuan bisnis berdasarkan pengalaman dan dari sumber terpercaya.

2 Comments

  1. Artikelnya mantap Kang. Ulasannya tidak terlalu panjang. Fokus pada satu tema pembahasan, dalam hal ini adalah tentang ambisi. Saya mesti banyak belajar karena suka melebar kemana-mana kalau menulis. Bisa dibilang terlalu ambisius ingin terlihat keren tapi justru bikin yang baca bosan…
    Salam kenal…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *