Siapa sih yang tak tau kerupuk. Hampir setiap orang di Indonesia pasti pernah mengecap gurihnya. Kerupuk memang sangat-sangat cocok bila dimakan sebagai pelengkap ketika makan. Tidak cuma itu, kerupuk juga dapat dijadikan sebagai camilan saat bersantai.
Kegemaran orang mengkonsumsi kerupuk pun membuat peluang usaha dan bisnis kerupuk sangatlah menjanjikan. Salah satunya usaha kerupuk tanpa minyak atau kerupuk pasir. Bahkan kerupuk jenis ini diklaim punya prospek usaha yang lebih menjanjikan dibanding usaha-usaha kerupuk lainnya.
Alasannya, kerupuk jenis ini tidak mengandung banyak lemak dan kalori serta untuk kandungan natriumnya juga rendah sehingga lumayan aman buat kesehatan. Sehingga para penikmat kerupuk tidak perlu khawatir ketika menyantap kerupuk yang digoreng dengan pasir.
Usaha Kerupuk Pasir
Kerupuk pasir memiliki ciri khas saat proses pembuatannya. Biasanya kerupuk di goreng dengan minyak atau dipanggang. Kerupuk pasir ini diolah secara unik dengan proses penggorengan menggunakan pasir yang telah dipilih kebersihan dan mutunya.
Salah satu orang yang telah mengecap ’gurihnya’ usaha kerupuk pasir yakni Bambang Suparno asal Kediri Jawa Timur. Dari usahanya berdagang kerupuk goreng pasir, mantan buruh migran ini dapat mengantongi omzet puluhan juta per bulan.
Kerupuk pasir Bambang ini dikenal dengan sebutan kerupuk padang pasir. Karena saat menggoreng kerupuk tanpa minyak tapi diganti dengan pasir halus hasil penyaringan. Dengan bantuan pengapian, kerupuk tetap mekar. Cara ini memberi keuntungan lebih sebab lebih hemat dalam menekan biaya produksi. Bahkan, risiko untuk melempem dapat ditekan karena dapat didaur ulang. Selain itu itu, rasanya akan sedikit berbeda dibandingkan dengan yang menggunakan minyak garing dan rendah kolesterol.
Untuk memberikan daya pikat lebih terhadap produknya, Bambang juga membuat banyak varian. Ada tujuh rasa yang dibuat oleh pria yang memulai usahanya sejak tahun 2001 ini. Ada rasa pedas, manis, pedas manis, terasi, rujak, seledri, bawang, serta ubi. Pemberian rasa dilakukan dengan dua cara, yaitu bumbu dicampur dengan kerupuk sebelum digoreng atau dicampur setelah digoreng.
Usai digoreng kerupuk produksi warga Dusun Jeruk, Desa Tugurejo, Kecamatan Ngasem, kemudian dikemas dalam plastik ukuran setengah kilogram dan panjang 30-40 sentimeter. Setiap bungkus ukuran besar ia jual seharga Rp 1.000-Rp 2.500. Varian rasa kerupuk juga mempengaruhi harganya.
Kemasan kerupuk ini kemudian lalu dikirim kepada agennya yang tersebar di beberapa kota, seperti Kediri, Nganjuk, Kertosono, Jombang, Bojonegoro, Tuban, Ngawi, Malang, dan Sidoarjo. Agen tersebut adalah pedagang di pusat oleh-oleh di kota masing-masing.
Bambang menuturkan pada awal membuka usaha ini hanya memproduksi 30 kilogram kerupuk dan itu pun untuk beberapa hari. Namun karena permintaan yang selalu ada, maka produksinya terus digenjot hingga mencapai 2,5 kuintal per hari.
Kini, kerupuk padang pasir dengan merek Arofah milik bambang memang sudah sangat tersohor di kota tempat tinggalnya hingga merambah ke wilayah sekitarnya. Dengan semakin meningkatnya permintaan pasar otomatis ‘gurihnya’ kerupuk padang pasir makin memberikan pundi-pundi penghasilan yang lebih besar seperti usaha Renyahnya Bisnis Keripik Ceu Teteh Bandung.
Modal Kecil Kerupuk Pasir
Sukses membuka usaha kerupuk pasir juga dialami Mohammad Baidowi dan Sri Ekowati. Menekuni usaha sejak tahun 1998, awalnya pasangan ini iseng membeli kerupuk mentah dari tetangganya di Jombang. Krupuk ini, lalu dibumbui garam, cabe, bawang, kemudian dijemur dan setelah kering baru diangkut ke Surabaya. Kemudian kerupuk itu digoreng dengan pasir dan dipasarkan ke tetangga
Ternyata respon para tetangga sangat menyukainya. Melihat respon tersebut Baidowi ingin mencoba pasar lebih luas. Adik Baidowi pun mencoba membawa kerupuk pasir ke perkantoran dan deretan PKL rujak manis di tengah kota. Ternyata, peminatnya pun tidak sedikit.
Saat ini usaha kerupuk pasir Baidowi terus meningkat. Menurutnya, usaha kerupuk pasir mampu menghasilkan omzet Rp 350.000–500.000 per hari. Padahal awalnya hanya bermodal Rp 30.000. Ia bisa memasarkan tidak kurang dari 300 bungkus kerupuk pasir kemasan seharga Rp 1.500 atau Rp 2.000 jika eceran dan 50 kemasan besar seharga Rp 5.000 ke perkantoran.
Meski demikian, untuk bahan kerupuk mentahnya, ia tidak produksi sendiri tapi membeli ke pihak lain. Untuk proses penjemuran dilakukan di Jombang di rumah orang tua. Dari bahan mentah, diproses atau dibasahi dengan bumbu garam, bawang dan cabe, lalu dijemur.
Memulai usaha kerupuk pasir sebenarnya bisa dilakukan oleh siapa saja. Sebab modal yang dibutuhkan tidaklah terlalu besar. Selain itu bahan bahan bakunya mudah didapat. Yang terpenting saat membuat bahan kerupuk campuran antara tepung tapioka, bawang putih, soda, gula, cabe, garam, telur, bisa menjadikan kerupuk akan memiliki rasa yang lezat.
Proses pembuatannya juga tidak terlalu sulit namun butuh waktu yang lama dan proses penjemurannya mengandalkan sinar matahari langsung. Kerupuk ini tidak bisa dikeringkan dengan mesin pengering karena berakibat kurang bisa mengembang.
Nah, tertarik juga merasakan gurihnya usaha kerupuk pasir?
Wirausaha Kerupuk Pasir (Sumber: BRAFO PMK)